Posting-an mengenai komplain pengguna HR-V di salah satu forum daring sukses menyita perhatian. Betapa tidak, keluhan ini hadir di tengah popularitas Sport Utility Vehicle (SUV) kompak itu. Lalu apakah isu ini akan berimplikasi pada kampanye recall?
Pengamat otomotif Bebin Djuana menuturkan, recall sudah menjadi tanggung jawab dari pabrikan. "Bahkan dengan adanya recall, pabrikan juga bisa mendapat kecepercayaan dari konsumen, " Ujarnya.
Tapi, lanjut Bebin, bukan perkara mudah bagi pengusaha memutuskan untuk me-recall mobilnya. "Ibarat sakit, harus diobservasi dulu baru diberi obatnya, " imbuhnya.
Tapi, bila unit yang rusak masih di bawah 1 persen dari total penjualan atau produksi, pabrikan hanya menganggap kejadian itu sebagai kasus.
"Kalau sudah mendekati 1 persen dan ada tren naik, itu harus menjadi pembahasan prinsipal, " tutur dia. Apabila itu terjadi, Agen Pemegang Merek (APM) akan berkordinasi dengan prinsipal untuk melakukan investigasi.
"Penyelidikan dilakukan daripada berbagai aspek, contohnya siklus produksi & suplier. Setelah diketahui masalahnya baru ditentukan sikap serta mengkalkulasi anggaran untuk menyelesaikan masalah, " papar dia.
Nah, jika melihat dari kasus keluhan yang diunggah di konvensi Kaskus, jumlah mobil yang mengalami masalah pun sedang berada di bawah satu persen daripada penjualan HR-V yang hingga saat ini mencapai 27. 139 unit.
Sementara tersebut, Honda Prospect Motor (HMP) telah berupaya menangani keluhan yang selama ini beredar. Marketing and Aftersales Service Director PT HPM Jonfis Fandy, mengatakan, pihaknya akan menemui pengguna HR-V di kota Jember pada 28 Desember mendatang.
Keluhan terhadap Honda HR-V dinilai wajar oleh Jonfis. Sebab, semua produk pasti jauh dari sempurna.
Soal kemungkinan recall, ia menekankan konsumen dalam hal ini tidak dapat menggiring opini publik ke arah sana.
"Honda Perencana yang memutuskan bukan kosumen. Bahkan saya senang kalau ada recall dari global, berarti konsumen benar-benar diperhatikan, " tuntas Jonfis.
EmoticonEmoticon